Masuk

Inbound Logistik: Definisi, Perbedaan dengan Outbond, dan Aktivitasnya

Inbound adalah

Dalam buku Supply Chain Flows terbitan tahun 2007, dikatakan bahwa logistik terbagi atas dua alur proses, yaitu inbound dan outbound. Definisi inbound di bidang logistik, menurut Stanley E. Fawcett dan kawan-kawan dalam Supply Chain Management: From Vision to Implementation (2013) adalah proses yang mencakup pembelian komponen, penyimpanan bahan baku, produksi dan perakitan melalui proses konversi.

Inbound dalam logistik menurut Bowersox dalam Supply Chain Logistics Management, sangat mempengaruhi kinerja produksi. Sebab inbound berkaitan dengan manajemen material dan bahan baku yang bertujuan untuk memastikan bahwa produksi memiliki input yang diperlukan pada waktu dan tempat yang tepat. Sehingga, inbound dalam logistik bertanggungjawab untuk menjamin fleksibilitas pasokan bahan baku dan persediaan. Dari perspektif inbound logistics ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja produksi, yaitu biaya, kecepatan dan konsistensi pengiriman.

Sementara itu, tradefinanceglobal.com mendefinisikan inbound sebagai proses logistik masuk yang melibatkan pergerakan bahan dan barang dari sumber luar ke dalam perusahaan. Selama proses ini, persediaan akan dipesan, diterima, disimpan, diangkut, dan dikelola. Fokus inbound logistic, masih menurut situs web yang sama, adalah aspek pasokan dari persamaan antara penawaran-permintaan.

Outbound logistics

Dalam supply chain dan  jasa angkut barang, selain inbound ada juga outbound yang dalam buku The Management of Business Logistics: A Supply Chain Perspective adalah kegiatan untuk memenuhi permintaan dari konsumen akhir. Sementara menurut corporatefinanceinstitute.com, outbound adalah tugas dan aktivitas yang terkait dengan pemindahan produk ke pengguna akhir. 

Baca Juga:  Jasa Logistik: Arti dan Perbedaannya dengan Freight Forwarding

Tugas logistik tersebut, masih merujuk pada corporatefinanceinstitute.com, biasanya berlaku untuk pemain yang beroperasi di hilir, yang biasanya merupakan pihak terakhir dalam rantai pasokan.

Tugasnya meliputi penyimpanan inventaris yang diproduksi, pengangkutan barang-barang manufaktur ke titik penjualan, dan terkadang, pengiriman dan penanganan produk tertentu ke pengguna akhir.

Perbedaan inbound dan outbound

Sekilas, melalui definisi di atas kita bisa membedakan perbedaan antara inbound dan outbound  di bidang logistik. Namun, untuk lebih detail, berikut ini beberapa perbedaan dari kedua istilah tersebut:

1. Bahan mentah atau barang setengah jadi vs. produk jadi

Sementara inbound biasanya dibebankan pada tugas untuk memastikan pengadaan produk atau sumber daya, outbound justru mengacu pada distribusi produk jadi (atau setengah jadi) ke distributor, pengecer, atau konsumen akhir.

2. Beli vs. jual

Inbound logistics bertugas untuk mengelola akuisisi produk, sementara outbound logistics bertugas untuk memasarkannya. Operasinya sendiri berbeda. Jika inbound melibatkan komunikasi perusahaan dengan pemasok (sumber produksi), outbound akan berkomunikasi dengan pelanggan akhir (atau bisa juga kepada distributor).

3. Penerimaan vs. pengiriman

Di bidang logistik, ini adalah dua operasi terpenting dalam rantai pasokan. Terkait dengan Inbound logistics, proses penerimaan tersebut mencakup pengelolaan armada transportasi, pembongkaran barang, pelabelan produk, dan kontrol stok.

Sementara di tahap pengiriman, yang terkait dengan outbound logistics, bertugas mengkonsolidasikan pesanan dan memuatnya ke kendaraan pengangkut berdasarkan rute dan faktor lainnya. Mereka kemudian dikirim ke pusat distribusi atau langsung ke pelanggan akhir.

Baca Juga:  Commercial Invoice: Pengertian, Fungsi, dan Cara Membuatnya

Proses apa saja yang terjadi saat inbound

Seperti sudah dijelaskan di atas, aktivitas atau proses yang terjadi saat inbound antara lain mencakup langkah-langkah seperti memesan, menerima, menyimpan, mengangkut, atau mengelola segala barang yang masuk.

Secara lebih detail, netsuite.com menjelaskan kegiatan yang terjadi saat inbound di bidang jasa angkut barang sebagai berikut: 

  1. Pengadaan: Mengidentifikasi dan mengevaluasi pemasok potensial, mendapatkan penawaran harga, bernegosiasi dengan dan mengelola pemasok.
  2. Memesan/membeli: Membeli barang dan bahan yang dibutuhkan perusahaan dalam jumlah yang tepat tiba dan waktu yang tepat.
  3. Transportasi: Memutuskan apakah akan menggunakan truk, pesawat terbang, kereta api atau metode lain untuk memindahkan barang. Aktivitas ini juga melibatkan pemilihan kecepatan pengiriman untuk pasokan yang masuk, kontrak dengan pihak ketiga, serta bekerja sama dengan vendor terkait harga dan rute.
  4. Menerima: Menangani kedatangan material baru, untuk kemudian memastikannya sesuai dengan pesanan.
  5. Penyimpanan/pergudangan: Mengelola bahan sebelum mereka dikirim ke manufaktur atau pemenuhan pelanggan. Departemen ini bertanggung jawab untuk memastikan barang ditempatkan di lokasi yang tepat.
  6. Manajemen inventaris: Memutuskan jenis dan jumlah bahan baku/barang yang harus disimpan dan di mana menyimpannya.
  7. Pelacakan: Memeriksa secara detail setiap pesanan yang masuk, seperti lokasi dan dokumen dalam bentuk tanda terima.
  8. Logistik terbalik atau reverse logistics: Membawa barang kembali dari pelanggan karena alasan-alasan seperti pengembalian, cacat, masalah pengiriman, dan/atau perbaikan. Proses ini juga bisa melibatkan kewajiban untuk mendaur ulang bahan yang sebelumnya dikirim.
Baca Juga:  Shipper: Pengertian, Fungsi, dan Cara Kerjanya

Dari penjelasan di atas, kita bisa memahami bahwa inbound adalah bagian vital dalam sistem logistik, terutama di tahap paling awal dari sistem rantai pasok.

Logistics Solution